“Shanty, habiskan bubur gandummu!” seru Mom.
“Tapi mom kan tahu kalau aku tidak suka,” bantahku.
“Ini demi kesehatanmu sayang, pokoknya kalau buburnya masih
utuh ketika mom pulang, buku-buku dongengmu akan mom sita.”
Aku mencibir mendengar ancaman mom barusan. Kenapa mom suka
sekali menyuruhku menghabiskan bubur gandum. Padahal jelas-jelas aku benci
dengan makanan tersebut. Mom tetap saja bersikeras memaksaku untuk
menghabiskannya setiap hari. Aku lebih suka pancake buatan mom atau roti
croissant yang diolesi keju untuk sarapan, tetapi mom tidak akan membiarkanku
menyentuh kedua makanan tersebut sebelum kuhabiskan bubur gandum.
Mom sengaja mengancamku akan menyita buku-buku dongeng yang
kini tengah berserakan di hadapanku. Baru saja kemarin Paman Leigh datang ke
rumah dan membawakan satu tas penuh dengan buku-buku dongeng kesukaanku. Aku
terlalu asik dengan barang baruku sehingga membiarkan bubur gandum di hadapanku
dingin. Tentu saja itu membuat mom jengkel, aku berniat akan membuat bubur
tersebut setelah mom pergi dari rumah.
Mataku sedari tadi terpaku dengan sebuah judul yang sangat
unik diantara judul-judul buku di hadapanku. Judulnya adalah Kristal Pelangi.
Unik dan cukup berhasil mengalihkan perhatianku kepadanya. Disitu menceritakan
tentang seorang penyihir yang mempunyai kristal pelangi dan hanya dia
satu-satunya yang mempunyai benda hebat tersebut.
Kristal pelangi bukan sembarang kristal, bentuknya seperti dua
peluru kembar, disebut pelangi karna benda tersebut mengeluarkan beberapa
warna. Jika menyebutkan keinginan kita di hadapan benda itu, maka akan terkabul
setelah 10 menit. Aku sangat berharap kristal pelangi menjadi kenyataan dan
akan memintanya supaya mom berhenti memaksaku menghabiskan bubur gandum.
Kulirik jam dinding di hadapanku, menunjukkan pukul 1 siang,
bentar lagi mom akan datang. Oh iya, aku lupa belum membuang bubur gandum
sebelum mom datang. Di saat aku kebingungan mencari tempat pembuangan yang
aman,tiba-tiba bel rumah berdering. Aku panik, pasti itu mom. Kubuang ke luar
jendela dan berniat sehabis ini akan membersihkannya sebelum mom menyadarinya.
Ketika pintu dibuka ternyata bukan mom, seorang wanita muda mirip penyihir yang
ada di buku dongeng. Aku tercengang beberapa saat, sampai akhirnya dia menyapaku.
“Hai, aku Emily! Kebetulan aku lewat depan rumahmu dan ingin
meminta izinmu untuk meminjam toiletmu sebentar,” ujarnya dengan senyum yang
menghiasi wajahnya.
“Oh i..i..iyaa, silahkaan masuk,” jawabku dengan
terbata-bata.
Berkali-kali kucubit kedua belah pipi, terasa sakit. Aku
sedang tidak bermimpi. Setelah ia selesai memakai toilet, aku mempersilahkannya
duduk dan memberikan segelas lemon hangat. Ternyata orangnya sangat ramah, kami
berbincang-bincang dan sepertinya ia mulai menyukaiku.
“Kau anak yang baik Shanty, sebagai hadiah kamu boleh
mengatakan satu permintaan yang nanti akan kukabulkan.”
Tidak lama kemudian ia mengeluarkan sebuah kristal berbentuk
dua peluru kembar yang memancarkan beberapa warna. Kristal pelangi!
“I..ini kristal pelangi?”
“Yup, kamu benar. Ayo, katakan permintaanmu sekarang.”
Tanpa pikir panjang langsung kukatan pemintaan yang sedari
tadi menggelayut di pikiranku, “Aku ingin mom berhenti memaksaku untuk
menghabiskan bubur gandum.”
“Permintaanmu akan terkabulkan setelah 10 menit. Baiklah sepertinya
aku harus pamit anak manis, terima kasih atas jamuannya.”
“Emily, bolehkah kau memberi tahuku dimana aku bisa
menemuimu?”
“Pergilah ke bukit kembar di ujung sana ketika matahari
tepat di atas kepalamu.”
Setelah 10 menit kepergian Emily, mom pulang. Mom hanya
tersenyum melihat mangkuk bubur kosong, untungnya tadi sepeninggal Emily aku
sempat membersihkan bubur yang berserakan di luar jendela. Keesokan harinya aku
tidak mendapati semangkuk bubur gandum di meja makan ketika sarapan, hanya ada
roti croissant dan pancake buatan mom. Hatiku menjerit bahagia, aku harus
berterima kasih kepada Emily. Akhirnya hidupku bebas dari bubur gandum.
Ternyata sampai beberapa hari selanjutnya semangkuk bubur
gandum tetap tidak tersaji di meja makan. Aku bebas menyantap pancake dan roti
croissant sesukaku. Sampai pada suatu hari aku merasakan perih pada lambungku.
Lama-kelamaan semakin menusuk-nusuk lambungku. Sambil menahan sakit, aku
berjalan menuju kamar mom memintanya obat. Ternyata mom tidak ada di kamar,
lalu aku pergi ke dapur mengobrak-abrik kotak obat-obatan, mungkin ada yang
bisa mengurangi rasa sakitku.
Tiba-tiba sebuah kertas jatuh, sepertinya resep dari dokter.
Disitu tertera namaku, juga tertulis bahwa ada infeksi di lambungku. Obatnya
adalah mengkonsumsi bubur gandum setiap pagi. Aku terkejut, selama ini mom
menyembunyikannya. Selama ini mom hanya mengatakan bahwa bubur gandum baik
untuk kesehatan. Aku melihat mom sedang duduk terdiam di ruang keluarga.
“Mom, kenapa harus merahasiakan semua ini kepadaku?” tanyaku.
Mom hanya terdiam dan tidak bergeming. Pandangannya lurus ke
arah televisi. Aku mengguncang-guncangkan tubuhnya, tetap saja mom terdiam.
Kuperiksa detak jantungnya dan ternyata normal. Keringat dingin membasahi
pelipisku, aku baru ingat di buku dongeng tertulis bahwa sihir dari kristal
pelangi ada efek sampingnya. Mungkin inilah efek samping dari sihir tersebut.
Aku panik bukan main. Akhirnya dengan keadaan lambung yang semakin parah, aku
berniat pergi menuju bukit kembar menemui Emily sebelum matahari berjalan
melewati kepalaku.
Dengan terseok-seok akhirnya aku sampai di bukit kembar. Aku
ragu bisa mendakinya dengan keadaan seperti ini. Kucoba mendaki bukit tersebut
pelan-pelan, langkah demi langkah menuju puncak. Beberapa saat kemudian
tiba-tiba lambungku seperti ditusuk sembilu, badanku oleng dan akhirnya
terperosok jatuh.
“Shanty, bangun sayang. Kenapa buburnya masih utuh?”
Kubuka kedua kelopak mataku, ternyata mom. Aku menatap kikuk
sekelilingku, mangkuk berisi bubur gandum masih utuh di hadapanku. Buku dongeng
berjudul Kristal Pelangi pun menjadi alas tidurku. Ternyata semuanya hanya
mimpi.
“Maaf mom, tadi ketiduran tapi aku akan menghabiskannya
sekarang,” seruku.
Kali ini aku berjanji akan menghabiskan bubur gandum setiap
pagi dan tidak akan menyisakannya sedikit pun. Tanpa kusadari ada yang memperhatikanku di balik jendela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar