Pages

Labels

Jumat, 05 September 2014

Lelaki Romantis


“Angin malam tidak baik untuk kesehatanmu,” nasehat ibu yang selalu terngiang-ngiang di telingaku. Akan tetapi aku malah mengabaikannya, apalagi bisa mendapatkan kesempatan menghabiskan malam terakhirku di kota Kairo ini dengan berjalan sepanjang pinggir Sungai Nil. Inilah sisi romantis kota Kairo, Sungai Nil di malam hari dengan keeksotisannya menambah suasana hati menjadi melankolis. Maka tak jarang tempat duduk di sepanjang pinggir sungai ini dipenuhi oleh sepasang kekasih. Aku selalu ingin menghabiskan malam di pinggir Sungai Nil seperti kebanyakan pasangan-pasangan romantis yang kerap kali menjadi tontonanku. Hanya bisa melihat iri kepada mereka, lalu mendengus kesal.


Pada umumnya, semua perempuan menyukai segala sesuatu yang berbau keromantisan. Seperti rangkaian bunga, hadiah, kejutan, menghabiskan waktu di tempat romantis dan sebagainya. Aku adalah salah satu dari kesekian perempuan yang menginginkan hal seperti itu. Pasangan romantis adalah idaman semua wanita. Aku jadi ingat, dulu ketika masih berumur 17 tahun ingin mempunyai kekasih pintar memain gitar. Supaya ia bisa mendendangkan lagu-lagu romantis setiap saat aku memintanya, atau membacakan puisi dengan iringan gitar.
Akan tetapi aku menyadari, umurku sudah bukan 17 tahun lagi. Bukan lagi gadis kecil yang terbuai oleh impian negri dongeng. Ya, memang waktu kecil kita sering memimpikan ada pangeran berkuda putih datang untuk menjemput, karena terpengaruh dongeng cinderella, snow white. Aku sudah beranjak dewasa, mempelajari banyak hal. Mencari pasangan bukan asal yang romantis, bisa main gitar, membacakan puisi, tetapi seseorang yang bertanggung jawab, berani, setia.

Bertanggung jawab atas kesejahteraan istri dan anak-anaknya, seperti menafkahi, melindungi dan sebagainya. Berani melamar kepada orang tua perempuan, berani mengambil resiko. Setia kepada tuhannya, istri, orang tua, keluarganya dan keluarga sang istri, juga setia kepada kejujuran serta kebaikan lainnya. Keromantisan akan muncul seiringnya waktu berjalan. Jika lelaki tersebut memang benar-benar mencintai kita, pasti unsur-unsur romantis akan terjadi. 

Makna romantis menjadi berbeda seiring bertambahnya umur. Aku suka waktu dia mengalah dan segera menukar eskrim miliknya dengan milikku, ketika aku bilang, “Ih, eskrimnya susu banget, nggak mau ah!”. Rela menunggu lama aku yang lama sekali dalam menghabiskan makanan. Menenangkanku ketika dirundung masalah serta melindungi dari segala bahaya. Memarahiku ketika susah makan dan seterusnya. Rasa-rasanya semua ini benar-benar makna romantis sesungguhnya. Bukanlah dengan seikat bunga, kejutan hadiah di balik punggung, candle light dinner dan sebagainya.

Kesetiaan dan pengorbanan menjadi makna romantis yang sesungguhnya. Justru dengan kedua sifat tersebut membuat cinta antara kedua belah pihak semakin erat. Simbol-simbol materi tadi akan menjadi tidak berarti dibandingkan dengan kesetiaan dan pengorbanan. Cinta adalah perasaan, dan perasaan seharusnya didukung oleh sifat-sifat positif bukan dengan simbol-simbol materi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar