Pages

Labels

Kamis, 21 Agustus 2014

Rihlah Termahal Selama di Mesir!



Membaca judulnya pasti setiap orang terheran-heran. Semahal apa sih? Lebih tepatnya, apa objek wisatanya sehingga bisa dibilang termahal? Sebenarnya kriteria mahal di sini hanya untuk mahasiswa biasa saja seperti saya, untuk jalan-jalan saja harus menunggu duit beasiswa turun. Luxor dan Aswan adalah tujuannya. Mahal karena memang banyak objek wisata yang dikunjungi, seperti kuil-kuil pada masa Mesir Kuno yang tidak akan kita temukan di Kairo. Menurutku lebih menakjubkan daripada Pyramid yang konon termasuk tujuh keajaiban dunia. 

Sebenarnya Menteri Pariwisata Mesir telah menyediakan fasilitas untuk para warga asing yang ingin mengunjungi objek-objek wisata yang ada di negara ini dengan harga terjangkau. Fasilitasnya pun sangat memuaskan, seperti hotel bintang lima, bis pariwisata full AC ditambah makanan-makanan yang mengenyangkan perut. Salah satunya mengunjungi Luxor dan Aswan. Namun keadaan Mesir paska pengkudetaan presiden menyebabkan keadaan negara tersebut tidak stabil. Akhirnya tidak adakan tour menuju Luxor dan Aswan.

Aku dan teman-temanku kebingungan, ada dua pilihan, antara backpacker atau memakai travel. Backpacker memang harganya lebih terjangkau, tetapi resikonya penginapan dan makanan seadanya. Harus bisa melobi para penjaga tiket di setiap objek wisata supaya mendapatkan harga pelajar bukan turis. Beda dengan travel, semua fasilitas memadai, kita cuma duduk manis menunggu perintah. Hanya saja harganya lumayan mahal, bahkan lebih mahal ketimbang tour yang diadakan Menteri Pariwisata.

Setelah ditimbang-timbang, kami memilih untuk memakai travel. Susah memang jika tidak mempunyai seseorang yang kita kenal di sana, apalagi jika kita tidak mengetahui harga-harga yang terjangkau, bisa jadi malah lebih mahal. Kami melakukan searching di internet, akhirnya mendapatkan travel yang murah meriah. Travel tersebut mengadakan tour Aswan-Luxor-Hurghada, dengan harga 700 le belum termasuk tiket masuk kuil-kuil. Sedangkan jumlah harga semua tiket 230 le, jadi total 930 le. Jika 1 le sama dengan 2000 rupiah, berarti sekitar 1.860.000. Itu belum termasuk uang saku, jika uang saku  yang dibawa 300 le, ya bisa dua juta lebih. Untuk ukuran mahasiswa pas-pasan seperti saya itu sudah termasuk mahal sekali.

Dengan modal menyisihkan uang beasiswa 4 bulan berturut-turut, kami pun bisa berangkat menuju Luxor-Aswan-Hurghada. Hari pertama kami menuju Kota Aswan. Kota ini masih asri sekali, sungai nilnya sangatlah jernih dibandingkan yang ada di Kairo. Objek wisata pertama adalah Philae Temple. Untuk menuju ke sana harus mengendarai perahu menyelusuri Sungai Nil. Air Sungai Nil sangatlah jernih, terdapat bebatuan besar, rawa-rawa, burung-burung berterbangan, semuanya sangatlah indah. Sekali lagi, sangat-sangat berbeda dengan Sungai Nil di Kairo, karena yang didapatkan di sana bukanlah pemandangan yang alami, seperti hotel, restauran di atas kapal besar. 

Philae adalah pulau di Sungai Nil yang menjadi situs kompleks kuil Mesir selatan. Kompleks ini dibongkar dan dipindah ke pulau sekitar dalam proyek UNESCO karena terancam tenggelam oleh pembangunan Bendungan Aswan. Konon setelah pembangunan Bendungan Aswan dan air pun sudah surut, banyak ditemukan kuil-kuil Mesir Kuno. Jika diperhatikan di setiap bebatuan yang ada di sekitar Sungai Nil ada terdapat garis hitam bekas air yang menenggelamkan sebagian bagunan-bangunan. Kuil tersebut dibangun pada saat Mesir dipegang oleh Yunani Pada masa Ptolemeus. Setelah lima belas menit menyusuri Sungai Nil, tibalah kami di pulau yang sangat indah. Memasuki pulau langsung terhampar pemandangan Mesir Kuno, seperti terseret oleh mesin waktu. 

Pemandangan pertama terdapat pilar-pilar yang berdiri dengan kokohnya, hampir tidak ada kerapuhan di sana. Setelah melewati pilar-pilar, kami memasuki gerbang yang sangat besar dan tinggi dipenuhi oleh ukiran lukisan dewa-dewa Mesir Kuno. Di dalamnya pun terdapat pilar-pilar besar dan tinggi, masuk ke dalam terdapat ruangan dan batu ukiran tingginya kurang lebih 120 cm. Tempat tersebut adalah tempat tuhan yang mana ia bisa melihat semua yang ada di luar dan tidak ada yang bisa melihat tuhan di dalamnya.

Philae disebut dengan kuil cinta. Ketika itu Dewa Mesir kuno bernama Osiris  adalah Dewa Tanaman. Osiris adalah putra sulung dari dewa bumi Geb dan dewi langit Nut. Lalu menikah dengan salah satu saudarinya bernama Isis, kemudian Dewa Seth pun menyimpan kedengkian terhadap Osiris. Dewa Seth menipu Osiris untuk masuk ke dalam sebuah peti kayu. Setelah Osiris masuk, Seth mengunci peti itu dan melemparkannya ke sungai Nil untuk menyingkirkan Osiris. Isis berusaha mencari peti itu, dan pada akhirnya berhasil mengeluarkan tubuh Osiris dari dalamnya, yang hendak ia makamkan. Akan tetapi Seth merebut tubuh Osiris dan mencabik-cabiknya lalu menyebarkan semua potongan tubuh itu ke seluruh Mesir. Isis berkelana untuk menemukan semua potongan tubuh Osiris.

Satu potongan tubuh Osiris yang belum ditemukan, Isis masih berusaha mencari potongan tubuh suaminya. Sampailah di Kuil Philae ini, akhirnya Isis pun menemukan potongan hati Osiris di sini. Setelah terkumpul semua, Osiris hidup kembali dan mempunyai anak bernama Horus.

Setelah mengelilingi Kuil Philae, kami pulang mengendarai perahu dan menaiki bus untuk menuju Botanical Garden. Kami pun kembali mengendarai perahu untuk menuju ke sana. Sebenarnya tidak ada yang menarik di Botanical Garden, karena banyak tumbuhan yang tumbuh di Indonesia. Hanya saja tanaman terebut tidak ada di Mesir.

Kembali mengendarai perahu menuju Nubian Village, yaitu desa suku asli penduduk Aswan. Kulit mereka berbeda dengan penduduk di Kairo yang putih dan wajah dominan Arab-Eropa. Sedangkan Suku Nubi berkulit hitam, seperti penduduk Negara Sudan dan negara Afrika Tengah lainnya. Di sana kami melihat kegiatan-kegiatan Suku Nubi seperti menenun, membuat kerajinan dari pelepah kurma dan sebagainya. Terdapat banyak buaya diawetkan yang dipajang di setiap dinding depan rumah. Konon dulu mereka menyembah buaya.

Menjelang maghrib kami semua pulang menuju hotel penginapan, istirahat untuk persiapan energi menuju Abu Simbel keesokan harinya. Berangkat dari hotel pukul tiga pagi, karena untuk menuju ke sana harus mengikuti konvoi dengan kendaraan lainnya,  jadinya setiap kendaraan akan dimasuki satu polisi. Mungkin karena Abu Simbel terletak di tengah-tengah gurun pasir, takut terjadi perampokan oleh suku-suku Baduy.
Abu Simbel adalah objek wisata yang paling jauh, butuh 5 jam perjalanan dan hanya satu itu saja, maka dari itu dibutuhkan sehari hanya untuk mengunjunginya. Abu Simbel memang bangunan paling spektakuler dari yang lainnya dan tiketnya pasti lebih mahal. Abu simbel adalah kuil yang dipahat dari tebing batu pasir saat Firaun Ramses II masih berkuasa pada sekitar tahun 1250 SM sebagai tempat terakhir untuknya dan Istrinya, Nefertari. Struktur dari kuil ini dibuat sedemikan rupa sehingga cahaya dari matahari terbit dapat menerangi patung dari 3 dewa dan Firaun Ramses II di bagian pusat dan terdalam kuil. 

Di bagian luar kuil terdapat empat patung yang sama seperti di bagian dalam. Pertama adalah Dewa Ra yang merupakan dewa matahari, maka dari itu terdapat simbol matahari di atas kepalanya. Kedua Dewa Amun, ketiga Dewa Ptah dan yang terakhir Ramses II. Di kaki setiap patung terdapat patung-patung kecil yang merupakan istri-istri dan anak-anak mereka.

Seperti halnya Kuil Philae, Abu Simbel juga terancam tenggelam akibat pembangunan Bendungan Aswan. Akhirnya Kuil Abu Simbel dipotong dan diceraikan sebelum dipindahkan di tanah tinggi gurun 64 meter. Di sebelahnya terdapatkan Kuil kecil yang disebut dengan Kuil Nefertari merupakan persembahan Ramses II untuk istrinya Nefertari. Di dalam kedua bangunan kuil semua pengunjung tidak diperbolehkan mengambil gambar.

Setelah salat ashar kami bergerak meninggalkan Abu Simbel menuju Luxor. Kota Luxor dalam Bahasa Arab Aqsor yang artinya kumpulan istana raja-raja. Dulu pada zaman Mesir kuno, Kota Luxor atau dulu disebut Kota Thebes adalah pusat peradaban Mesir. Sekarang dipindahkan ke Kota Kairo. Pertama-tama kami mengunjungi Kuil Karnak.

Kuil Karnak adalah kuil terbesar pada masa Mesir kuno.  Kuil ini menjadi tempat peribadatan oleh para penganut  Agama Pagan pada zaman Mesir kuno. Ketika memasuki Kuil Karnak kita akan merasa seperti kurcaci, bagaimana tidak, di dalamnya kita disambut oleh pilar-pilar berukuran raksasa. Di bagian dalamnya ada dua obelisk, yaitu bangunan panjang yang runcing di bagian atasnya. Kompleksnya sangat luas, berukuran 1,5 km kali 800 meter dan bisa menampung hingga 80 ribu peziarah.

Di dekat pintu masuk kuil, ada banyak patung domba berbadan singa di sepanjang jalan. Pintu gerbangnya pun sangat besar sekali. Jika kita mendengar nama Kuil Karnak pasti tidak jauh dengan kuil Luxor. Kuil Luxor juga merupakan tempat peribadatan bagi penganut Agama Pagan sebelum akhirnya disegel ketika masuknya Agama Kristen. Di kedua kuil inilah para penganut agama pagan mengadakan festival tahunan yang sangat meriah, yang disebut Festival Opet. 

Kuil Luxor memang tidak seluas Kuil Karnak, di bagian depannya terdapat patung obelisk dan patung dewa Mesir kuno. Jarak antara Kuil Karnak dan Luxor sekitar 3 kilometer. Kedua tempat itu menjadi rute arak-arakan umat pagan sambil membawa patung dewa matahari, Amun Ra. Amun adalah dewa perang yang gagah perkasa, sedangkan Ra adalah dewa matahari. Maka, dalam mitologi Mesir kuno, Amun Ra dipahami sebagai Raja Dewa Matahari atau rajanya para Tuhan–King of Gods. 

Setelah itu kami mengunjungi Colossi of Memnon, yaitu dua buah patung batu raksasa setinggi 20 meter yang masih terawat dengan sangat baik. Patung ini dinisbatkan sebagai Raja Firaun, Amenhotep III yang berkuasa sekitar tahun 1350 Sebelum Masehi. Patung kembar ini berdiri di dekat pemakaman Theba, seberang Sungai Nil, tidak jauh dai Kota Luxor. Kawasan di belakang ke dua patung berdiri adalah kawasan pemakaman Amenhotep III, fir’aun sebelum masa nabi Yusuf ada dan jauh sebelum Nabi Musa tiba. Juga masih terlihat penggalian di belakang kedua patung ini, karena konon terdapat kuil yang dibangun oleh Amenhotep III dan masih dalam pencarian.

Beberapa menit kemudian kami sampai di Kuil Hatshepsut, lokasinya tak jauh dengan Colossi of Memnon. Bangunan yang sangat eksotis, karena dibangun menempel dengan bukit-bukit batu sekitarnya. Jadi kuil tersebut seperti bangunan yang muncul diantara bukit-bukit. Dari kejauhan kuil ini terlihat megah dan kokoh, tetapi dari dekat bangunannya seperti biasa. Akan tetapi tetap saja terlihat sangat indah dan eksotis.
Halaman kuil tersebut demikian luas, sehingga untuk menuju pintu gerbangnya perlu menggunakan kereta kecil. Tempat parkirnya bisa menampung ratusan mobil peziarah. Di pinggiran kawasan parkiran itu terdapat pokok-pokok kayu Myrh alias pohon kemenyan yang pada zaman Firaun dulu berjajar rimbun. Pohon kemenyan tersebut didatangkan dari negeri Somalia yang dulu menjadi partner perdagangan Hatshepsut. Tapi, kini pohon-pohon itu sudah tidak ada, sehingga suasananya menjadi demikian terik.

Sesampainya kami pun menaiki tangga di kuil tersebut, ketika di atas terdapat pilar-pilar dan patung di sela-selanya. Salah satunya patung Hatshepsut, ia adalah firaun kelima dari Dinasti ke-18 di Mesir kuno. Para Egiptologis umumnya menganggapnya sebagai salah seorang firaun perempuan yang paling berhasil di Mesir, yang memerintah lebih lama daripada perempuan penguasa manapun dalam sebuah dinasti bumiputra. Ia memerintah selama sekitar 1479 hingga 1458.

Perjalanan di Kota Luxor ini pun diakhir dengan mengunjungi Valley of The Kings atau lembahnya para Raja. Valley of The Kings adalah kawasan pemakaman para Raja Mesir kuno terletak di sepanjang tepi barat sungai Nil tepat di seberang Kota Luxor. Tempat pemakaman ini terdiri dari dua lembah yaitu Lembah Timur dan Lembah Barat. Lembah Para Raja memiliki sekitar 63 makam, dengan yang pertama milik Thutmose I dan yang terakhir adalah Ramses X. Hanya saja kami cuma mengunjungi tiga makam, karena untuk melihat yang lainnya harus menambah biaya.

Situs wisata yang satu ini memang paling mahal dari yang lainnya, biaya tiketnya seharga 50 le dan itu sudah harga pelajar bukan turis. Jika memasuki makam lainnya ada yang menambah 50 le ada yang lebih, mungkin hanya sejarawan dan orang-orang yang kelebihan duit rela menambah duit tiket. Sudah mahal tiket masuknya, ditambah tidak boleh membawa kamera dan semua elektronik yang bisa memotret. Jika ditemukan membawa kamera dan memotret objek di dalam wisata akan terkena denda.

Di setiap bukit, kita akan masuk ke sebuah pintu yang dituliskan raja yang dimakamkan. Terdapat tangga turun ke bawah, ada yang terbuat dari batu dan ada yang dari kayu. Sepanjang tangga terlihat ukiran-ukiran Hieroglyph berwarna-warni dan masih sangat asli. Ternyata warna-wana yang menghiasi ukiran tersebut diambil dari bebatuan warna-warni di pegunungan. Ketika di sana kita akan merasakan betapa hedonisnya para firaun Mesir kuno dahulu. Terlihat dari pemakaman mereka yang dihias seindah mungkin dan untuk satu makam saja luas sekali.

Seharusnya makam Imam Syafi’i dijaga ketat seperti ini, lebih dimuliakan dibandingkan dengan makam para firaun. Juga makam para ulama lainnya, supaya lebih terurus. Ini hanya sebagian cerita tentang peradaban Mesir kuno dan situs-situs peninggalan para firaun. Masih banyak lagi cerita tentang peradaban lainnya, tentunya Islam yang akan diceritakan di bab selanjutnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar