Tidak salah jika menjuluki Mesir gudangnya ilmu, lihat saja dari Al-Azhar, para masyayikh-nya dan sebagainya. Ketika itu juga aku baru tahu jika Mesir gudangnya Ilmu Astronomi (dalam Bahasa Arab Ilmu Falak) dan cukup maju menurutku. Dilihat dari segi literatur-literaturnya, ulama-ulama dalam ilmu tersebut. Aku baru menyadari ketika memasuki perkumpulan para mahasiswa/mahasiswi Indonesia yang mengkaji Ilmu Astronomi ini. Perkumpulan ini kami namakan AFDA (Astronomi and Falak Deep Analys). Kami khusus mengkaji Ilmu Falak dalam segi syar’i-nya, seperti menghitung arah kiblat, awal bulan, waktu salat, tetapi pastinya tidak ketinggalan dari segi sains-nya.
Guru kami Bang Arwin Juli Rakhmadi memperkenalkan dengan
salah satu Klub Astronomi Mesir yang di bawah naungan Dr. Sulaiman. Klub ini
dinamakan ASMN (The Astronomical Society of Mahmoud Mosque) yang
diketuai oleh Amr Abdul Wahab. Setiap hari Jumat setelah salat jumat diadakan kelas
astronomi di auditorium Mesjid Mustafa Mahmoud, Muhandisin. Kami pun rutin
mengikutinya, karena Dr. Sulaiman sibuk, terkadang salah satu anggota yang
menggantikannya mengisi kelas. Pernah didatangkan tamu dari Yunani menjelaskan
tentang Astronomi di sana, peninggalan-peninggalannya.
Klub ini juga sering mengadakan observasi di lapangan
terbuka yang disebut dengan Astro Trip. Tak ketinggalan juga turut
mengundang kami. Ada beberapa yang kami ikuti dan ada yang tidak, karena
mungkin biaya untuk Astro Trip lumayan mahal untuk ukuran mahasiswa dan
kami mengikuti yang biayanya terjangkau dengan kantong. Memang kebanyakan
anggota ASMN beberapa orang yang sudah bekerja, ada wartawan, potografer, juga
para mahasiswa berkantong tebal.
Pertama kali kami diundang untuk mengunjungi Obsevatorium
Katameya, konon merupakan obsevatorium terbesar nomer dua di Afrika. Letaknya
berada di tengah-tengah hamparan gurun pasir, jadinya sepanjang perjalanan
terlihat gurun pasir yang luas di kanan-kiri. Ya walaupun obsevatoriumnya tidak
berada di tengah gurun pasir, tetap saja gurun pasir menjadi satu-satunya
pemandangan yang ada, kecuali di beberapa tempat yang subur saja seperti
Fayoum.
Kami mendapat undangan langsung dari Dr. Sulaiman dan memang
untuk mengunjungi obsevatorium tersebut harus mendapatkan izin dari pihak yang
mengelola tempat ini. Dari Kairo kami berangkat bersama rombongan Pak Sulaiman
dengan menggunakan kendaraan masing-masing. Perjalanan berlangsung sekitr 3-4
jam. Sesampainya di sana kami diajak berbincang-bincang di bangunan tepat di
sebelah obsevatorium. Ketika malam hari baru kami meneropong di dalam
obsevatorium, sangat antri sekali untuk bisa meneropong, karena tentunya harus
satu-persatu.
Kami dijelaskan oleh salah satu petugas di sana bagaimana
menggunakan alat teropong yang sangat besar. Sangat menabjubkan, lebih keren
daripada Obsevatorium Bosya yang pernah kita liat di film Petualangan Sherina.
Ketika atap tempat ini di buka terlihat hamparan bintang memenuhi pemandangan
kita. Kita bisa naik ke lantai dua supaya lebih jelas melihat bintang-bintang
di langit.
Kedua kalinya kami mengunjungi Obsevatorium Katameya, kami
tidak memasukinya tetapi belajar tentang mengenali jenis-jenis bintang yang
ketika itu terlihat di langit Mesir. Di tempat ini bisa melihat bintang-bintang
sangat jelas, karena jauh dari pusat kota dan benar-benar di tengah gurun
pasir. Pastinya udara di sekitar terasa lebih dingin, apalagi ketika musim
dingin, karena di kala musim panas pun terasa dingin. Kami dijelaskan peta
langit utara, karena memang Mesir terlihat bintang-bintang yang ada di utara,
seperti Polaris yang mendapat julukan si Bintang Utara yang terletak di gugusan
bintang Ursa Minor. Kami pun berhasil menemukan Planet Saturnus dan terlihat
cincinnya sangat jelas. Terlihat bintang Rigel, Orion, Betelgeus. Juga terdapat
beberapa gugusan bintang lainnya, seperti Pegasus, Andromeda, dan masih banyak lagi yang tentunya
sangat-sangat menabjubkan. Ketika itu kami serasa bermalam di Hotel Seribu
Bintang.
Obsevatorium Katameya memang khusus meneropong bintang, ada
lagi obsevatorium di Mesir yang khusus meneropong matahari, yaitu terletak di
Helwan. Obsevatoriumnya memang tidak sebesar Katameya, begitu pula teropongnya
karena memang khusus untuk mengobservasi matahari. Di sana kami dijelaskan
bagaimana cara teropong tersebut.
Pertama kali kami mengunjunginya dalam rangka rukyatulhilal
untuk awal bulan Ramadan. Sengaja mengambil tempat untuk merukyat di sana,
karena terdapat lapangan luas di sana. Dengan menggunakan teropong yang dibawa
oleh ASMN, satu persatu kami melihat hilal. Sayangnya ketika itu hilal tidak
terlihat di beberapa tempat di Mesir termasuk Helwan, dikarenakan cuaca yang
kurang mendukung. Akan tetapi tidak membuat kami sedih, karena kegiatan
rukyatulhilal ini masuk di siaran langsung di stasiun televisi Aljazair.
Kedua kalinya kami mengunjungi Obsevatorium Helwan ini dalam
rangka melihat Gerhana Matahari Setengah. Kami diberikan dua kertas licin
transparan untuk melihat gerhana supaya tidak terjadi kontak langsung dengan
mata kami. Gerhana Matahari setengah terjadi hanya beberapa detik dan ketika
itu langit pun mendung. Kami pun berhasil melihat di balik kertas yang
diberikan oleh petugas di sana.
Ada yang lebih menabjubkan, yaitu kami menyaksikan
pertunjukan Meteor Shower. Ketika itu hari ke 27 di Bulan Ramadan kami
mengunjungi Wadi Rayyan untuk melihat Meteor Shower tersebut. Berangkat
dari Mesjid Mustafa Mahmud siang hari dan sampai di Wadi Rayyan yang terletak
di daerah Fayoum sore hari menjelang berbuka puasa. Wadi Rayyan indah sekali
terlebih lagi ketika itu diterpa oleh kilauan cahaya matahari. Di sana terdapat
bukit batu yang indah ditambah danau biru yang menabjubkan, pasirnya pun putih
bersih. Sebelum mendaki bukit pastinya kami mengabadikan pemandangan terlebih
dahulu. Kami pun mendaki bukit tersebut yang cukup curam, untungnya salah satu
anggota AFDA ada yang mempunyai kekuatan lebih. Sehingga ketika menaiki salah
satu tempat yang curam, ia mengangkat kami satu persatu, hebat bukan?
Sesampainya di puncak bukit kami berbuka puasa dengan bekal
masing-masing dan setelah itu salat magrib berjamaah. Ketika buka puasa kami sempat
melihat beberapa meteor jatuh. Semakin langit gelap semakin banyak meteor
jatuh. Sebagian dari kami ada melihat sambil mendengarkan musik menikmati hotel
seribu bintang ini. Ada yang setiap meteor jatuh berteriak seperti melihat bola
masuk gawang. Ada yang sambil bernyanyi, berbincang-bincang dan sebagainya.
Meteor jatuh seperti melihat pertunjukan pesta kembang api,
bahkan lebih indah. Ketika itu Galaksi Milky Way yang biasa disebut Bima
Sakti terlihat jelas. Sesuai dengan namanya Milky Way terlihat seperti
hamparan sungai susu yang tergantung di langit malam. Salah satu anggota AFDA
berhasil mengabadikan Milky Way dengan kamera DSLR.
Semakin lama meteor jatuh semakin sedikit, ketika waktu
mendekati subuh terlihat bulan jelas sekali dan kami meneropongnya terlihat
jelas sekali cekungan-cekungan di permukaan bulan. Setelah itu kami pun
menuruni bukit lalu sebelum memasuki bis kami berpoto bersama anggota ASMN.
Memang pertunjukan Meteor Shower tidak sempat kami abadikan, tetapi akan
selalu terekam di hati masing-masing. Dari semua itu kami bisa menyadari bahwa
Allah Maha Kuasa, juga bahwa banyak sekali ciptaan-Nya yang begitu indah.
Lalu ada undangan kembali dari ASMN dalam acara Astro
Trip mengunjungi Wadi Degla. Wadi Degla masih di kawasan Kota Kairo, yaitu
terletak di daerah Maadi. Acara kali ini hanya mendaki bukit saja, sambil
tadabur dengan alam. Bagi yang suka off road bisa membawa mobil jeep
masing-masing. Bagi potografer yang khusus mempoto serangga dan tumbuhan bisa
melakukannya di sana. Wadi Degla merupakan Cagar Alam yang masih dijaga oleh
pemerintah.
Para peserta bermacam-macam, ada sekelompok orang dengan
mobil jeep masing-masing. Para potografer handal, yang lebih seru ketika adik
kandung Amr si ketua ASMN yang memang seorang potografer membawa kamera yang
bisa memotret gambar 360 derajat. Masih banyak jenis-jenis kamera yang dibawa
olehnya dan pastinya sangat keren. Memang keren sekali, kakaknya seorang
astronomer, adiknya potografer.
Bukit di Wadi Degla tidak securam dengan yang di Wadi Rayyan.
Udara di puncak bukit lebih sejuk, padahal ketika itu sedang musim panas.
Pemandangan di puncak bukit sangat indah sekali, terdapat tebing-tebing,
tumbuh-tumbuhan di bwah sana terlihat semuanya. Sebenarnya ada danau di sana,
tetapi letaknya jauh sekali, hanya beberapa orang yang membawa kendaraan
pribadi yang mengunjunginya. Sedangkan kami datang ke Wadi Degla dengan
transportasi umum, maklum saja karena kami pelajar perantauan.
Sebenarnya masih banyak yang dijelaskan, tetapi karena
keterbatasan kata-kata untuk merangkai. Akan tetapi pelajaran penting dari
setiap perjalanan, kami semakin banyak memuji kebesaran Allah Swt. Bahwa Ia lah
Sang Maha Segalanya. Membuat kami selalu ingin mengucapkan rasa syukur
kepada-Nya. Perjalanan memang yang paling mengesankan, tetapi pelajaran di
dalam yang paling penting.
Juga beruntung bisa masuk AFDA, karena dari situ saya baru
menyadari bahwa Mesir termasuk negara yang maju dalam bidang Astronomi.
Terlebih lagi banyak Ulama Falak zaman dahulu berasal dari Mesir dan literatur
Astronomi Islam paling lengkap memang hanya di negara ini. Terbukti bahwa Mesir
gudangnya segala ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar