Pages

Labels

Kamis, 21 Agustus 2014

Hotel Seribu Bintang


Tidak salah jika menjuluki Mesir gudangnya ilmu, lihat saja dari Al-Azhar, para masyayikh-nya dan sebagainya. Ketika itu juga aku baru tahu jika Mesir gudangnya Ilmu Astronomi (dalam Bahasa Arab Ilmu Falak) dan cukup maju menurutku. Dilihat dari segi literatur-literaturnya, ulama-ulama dalam ilmu tersebut. Aku baru menyadari ketika memasuki perkumpulan para mahasiswa/mahasiswi Indonesia yang mengkaji Ilmu Astronomi ini. Perkumpulan ini kami namakan AFDA (Astronomi and Falak Deep Analys). Kami khusus mengkaji Ilmu Falak dalam segi syar’i-nya, seperti menghitung arah kiblat, awal bulan, waktu salat, tetapi pastinya tidak ketinggalan dari segi sains-nya.


Guru kami Bang Arwin Juli Rakhmadi memperkenalkan dengan salah satu Klub Astronomi Mesir yang di bawah naungan Dr. Sulaiman. Klub ini dinamakan ASMN (The Astronomical Society of Mahmoud Mosque) yang diketuai oleh Amr Abdul Wahab. Setiap hari Jumat setelah salat jumat diadakan kelas astronomi di auditorium Mesjid Mustafa Mahmoud, Muhandisin. Kami pun rutin mengikutinya, karena Dr. Sulaiman sibuk, terkadang salah satu anggota yang menggantikannya mengisi kelas. Pernah didatangkan tamu dari Yunani menjelaskan tentang Astronomi di sana, peninggalan-peninggalannya. 

Klub ini juga sering mengadakan observasi di lapangan terbuka yang disebut dengan Astro Trip. Tak ketinggalan juga turut mengundang kami. Ada beberapa yang kami ikuti dan ada yang tidak, karena mungkin biaya untuk Astro Trip lumayan mahal untuk ukuran mahasiswa dan kami mengikuti yang biayanya terjangkau dengan kantong. Memang kebanyakan anggota ASMN beberapa orang yang sudah bekerja, ada wartawan, potografer, juga para mahasiswa berkantong tebal. 

Pertama kali kami diundang untuk mengunjungi Obsevatorium Katameya, konon merupakan obsevatorium terbesar nomer dua di Afrika. Letaknya berada di tengah-tengah hamparan gurun pasir, jadinya sepanjang perjalanan terlihat gurun pasir yang luas di kanan-kiri. Ya walaupun obsevatoriumnya tidak berada di tengah gurun pasir, tetap saja gurun pasir menjadi satu-satunya pemandangan yang ada, kecuali di beberapa tempat yang subur saja seperti Fayoum. 

Kami mendapat undangan langsung dari Dr. Sulaiman dan memang untuk mengunjungi obsevatorium tersebut harus mendapatkan izin dari pihak yang mengelola tempat ini. Dari Kairo kami berangkat bersama rombongan Pak Sulaiman dengan menggunakan kendaraan masing-masing. Perjalanan berlangsung sekitr 3-4 jam. Sesampainya di sana kami diajak berbincang-bincang di bangunan tepat di sebelah obsevatorium. Ketika malam hari baru kami meneropong di dalam obsevatorium, sangat antri sekali untuk bisa meneropong, karena tentunya harus satu-persatu.

Kami dijelaskan oleh salah satu petugas di sana bagaimana menggunakan alat teropong yang sangat besar. Sangat menabjubkan, lebih keren daripada Obsevatorium Bosya yang pernah kita liat di film Petualangan Sherina. Ketika atap tempat ini di buka terlihat hamparan bintang memenuhi pemandangan kita. Kita bisa naik ke lantai dua supaya lebih jelas melihat bintang-bintang di langit.

Kedua kalinya kami mengunjungi Obsevatorium Katameya, kami tidak memasukinya tetapi belajar tentang mengenali jenis-jenis bintang yang ketika itu terlihat di langit Mesir. Di tempat ini bisa melihat bintang-bintang sangat jelas, karena jauh dari pusat kota dan benar-benar di tengah gurun pasir. Pastinya udara di sekitar terasa lebih dingin, apalagi ketika musim dingin, karena di kala musim panas pun terasa dingin. Kami dijelaskan peta langit utara, karena memang Mesir terlihat bintang-bintang yang ada di utara, seperti Polaris yang mendapat julukan si Bintang Utara yang terletak di gugusan bintang Ursa Minor. Kami pun berhasil menemukan Planet Saturnus dan terlihat cincinnya sangat jelas. Terlihat bintang Rigel, Orion, Betelgeus. Juga terdapat beberapa gugusan bintang lainnya, seperti Pegasus, Andromeda,  dan masih banyak lagi yang tentunya sangat-sangat menabjubkan. Ketika itu kami serasa bermalam di Hotel Seribu Bintang.

Obsevatorium Katameya memang khusus meneropong bintang, ada lagi obsevatorium di Mesir yang khusus meneropong matahari, yaitu terletak di Helwan. Obsevatoriumnya memang tidak sebesar Katameya, begitu pula teropongnya karena memang khusus untuk mengobservasi matahari. Di sana kami dijelaskan bagaimana cara teropong tersebut. 

Pertama kali kami mengunjunginya dalam rangka rukyatulhilal untuk awal bulan Ramadan. Sengaja mengambil tempat untuk merukyat di sana, karena terdapat lapangan luas di sana. Dengan menggunakan teropong yang dibawa oleh ASMN, satu persatu kami melihat hilal. Sayangnya ketika itu hilal tidak terlihat di beberapa tempat di Mesir termasuk Helwan, dikarenakan cuaca yang kurang mendukung. Akan tetapi tidak membuat kami sedih, karena kegiatan rukyatulhilal ini masuk di siaran langsung di stasiun televisi Aljazair.
Kedua kalinya kami mengunjungi Obsevatorium Helwan ini dalam rangka melihat Gerhana Matahari  Setengah. Kami diberikan dua kertas licin transparan untuk melihat gerhana supaya tidak terjadi kontak langsung dengan mata kami. Gerhana Matahari setengah terjadi hanya beberapa detik dan ketika itu langit pun mendung. Kami pun berhasil melihat di balik kertas yang diberikan oleh petugas di sana.

Ada yang lebih menabjubkan, yaitu kami menyaksikan pertunjukan Meteor Shower. Ketika itu hari ke 27 di Bulan Ramadan kami mengunjungi Wadi Rayyan untuk melihat Meteor Shower tersebut. Berangkat dari Mesjid Mustafa Mahmud siang hari dan sampai di Wadi Rayyan yang terletak di daerah Fayoum sore hari menjelang berbuka puasa. Wadi Rayyan indah sekali terlebih lagi ketika itu diterpa oleh kilauan cahaya matahari. Di sana terdapat bukit batu yang indah ditambah danau biru yang menabjubkan, pasirnya pun putih bersih. Sebelum mendaki bukit pastinya kami mengabadikan pemandangan terlebih dahulu. Kami pun mendaki bukit tersebut yang cukup curam, untungnya salah satu anggota AFDA ada yang mempunyai kekuatan lebih. Sehingga ketika menaiki salah satu tempat yang curam, ia mengangkat kami satu persatu, hebat bukan?

Sesampainya di puncak bukit kami berbuka puasa dengan bekal masing-masing dan setelah itu salat magrib berjamaah. Ketika buka puasa kami sempat melihat beberapa meteor jatuh. Semakin langit gelap semakin banyak meteor jatuh. Sebagian dari kami ada melihat sambil mendengarkan musik menikmati hotel seribu bintang ini. Ada yang setiap meteor jatuh berteriak seperti melihat bola masuk gawang. Ada yang sambil bernyanyi, berbincang-bincang dan sebagainya.

Meteor jatuh seperti melihat pertunjukan pesta kembang api, bahkan lebih indah. Ketika itu Galaksi Milky Way yang biasa disebut Bima Sakti terlihat jelas. Sesuai dengan namanya Milky Way terlihat seperti hamparan sungai susu yang tergantung di langit malam. Salah satu anggota AFDA berhasil mengabadikan Milky Way dengan kamera DSLR. 

Semakin lama meteor jatuh semakin sedikit, ketika waktu mendekati subuh terlihat bulan jelas sekali dan kami meneropongnya terlihat jelas sekali cekungan-cekungan di permukaan bulan. Setelah itu kami pun menuruni bukit lalu sebelum memasuki bis kami berpoto bersama anggota ASMN. Memang pertunjukan Meteor Shower tidak sempat kami abadikan, tetapi akan selalu terekam di hati masing-masing. Dari semua itu kami bisa menyadari bahwa Allah Maha Kuasa, juga bahwa banyak sekali ciptaan-Nya yang begitu indah. 

Lalu ada undangan kembali dari ASMN dalam acara Astro Trip mengunjungi Wadi Degla. Wadi Degla masih di kawasan Kota Kairo, yaitu terletak di daerah Maadi. Acara kali ini hanya mendaki bukit saja, sambil tadabur dengan alam. Bagi yang suka off road bisa membawa mobil jeep masing-masing. Bagi potografer yang khusus mempoto serangga dan tumbuhan bisa melakukannya di sana. Wadi Degla merupakan Cagar Alam yang masih dijaga oleh pemerintah.

Para peserta bermacam-macam, ada sekelompok orang dengan mobil jeep masing-masing. Para potografer handal, yang lebih seru ketika adik kandung Amr si ketua ASMN yang memang seorang potografer membawa kamera yang bisa memotret gambar 360 derajat. Masih banyak jenis-jenis kamera yang dibawa olehnya dan pastinya sangat keren. Memang keren sekali, kakaknya seorang astronomer, adiknya potografer.

Bukit di Wadi Degla tidak securam dengan yang di Wadi Rayyan. Udara di puncak bukit lebih sejuk, padahal ketika itu sedang musim panas. Pemandangan di puncak bukit sangat indah sekali, terdapat tebing-tebing, tumbuh-tumbuhan di bwah sana terlihat semuanya. Sebenarnya ada danau di sana, tetapi letaknya jauh sekali, hanya beberapa orang yang membawa kendaraan pribadi yang mengunjunginya. Sedangkan kami datang ke Wadi Degla dengan transportasi umum, maklum saja karena kami pelajar perantauan.
Sebenarnya masih banyak yang dijelaskan, tetapi karena keterbatasan kata-kata untuk merangkai. Akan tetapi pelajaran penting dari setiap perjalanan, kami semakin banyak memuji kebesaran Allah Swt. Bahwa Ia lah Sang Maha Segalanya. Membuat kami selalu ingin mengucapkan rasa syukur kepada-Nya. Perjalanan memang yang paling mengesankan, tetapi pelajaran di dalam yang paling penting. 

Juga beruntung bisa masuk AFDA, karena dari situ saya baru menyadari bahwa Mesir termasuk negara yang maju dalam bidang Astronomi. Terlebih lagi banyak Ulama Falak zaman dahulu berasal dari Mesir dan literatur Astronomi Islam paling lengkap memang hanya di negara ini. Terbukti bahwa Mesir gudangnya segala ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar