Pasti semuanya pernah merasakan nikmatnya berlibur setelah dirundung berhari-hari oleh tugas kantor. Setelah menyelesaikan semua naskah liputan, akhirnya aku bisa ke tempat wisata untuk berlibur. “Welcome The Paradise of Java, finally I made it!” seruku dalam hati. Tidak heran pulau Karimun Jawa mendapat julukan The Paradise of Java, sangat eksotis, udaranya pun sangat segar dan jauh dari polusi. Terdapat banyak wisata alam, apalagi bagi pengemar pantai dan laut, tempat ini sangat cocok untuk liburan. Seperti aku yang gila pantai, melihat air biru yang jernih pasti sangat menggoda untuk berenang dan menikmati kesegaran air laut. Sayangnya, berkali-kali aku menginjakan kaki di tempat wisata, baru kali ini bisa berenang sepuasnya.
Kebanyakan orang pasti senang mendapatkan pekerjaan sesuai
hobinya. Ya, seharusnya aku banyak bersyukur mendapatkan pekerjaan yang sesuai
dengan bakatku. Aku menjadi wartawan khusus meliput tempat-tempat pariwisata di
majalah ternama di Jakarta. Aku yang mempunyai hobi traveling, fotografi
dan menulis, pekerjaan ini sangat cocok untukku. Akan tetapi tidak seindah yang
kubayangkan. Ternyata berbeda ketika mengunjungi tempat wisata untuk bekerja
dan liburan. Ah, sudahlah karena akhirnya aku bisa mendapatkan liburan panjang
sebagai ganti hari-hari penat yang kulalui.
***
Ah, senangnya hari ini bisa berenang sepuasnya, snorkeling,
melihat keindahan wisata bawah laut. Sore ini aku akan berjalan-jalan di pantai
dekat resort. Sudah lama aku tidak memosting blog yang sudah jamuran akibat deadline
yang tidak pernah habis.
Rasanya aku ingin tersenyum lebar, indah sekali pulau ini.
Hampir di setiap tempat yang aku lewati berhasil kuabadikan. Aku duduk di atas
pasir halus pinggiran pantai, sambil melihat hasil jepretanku. Tunggu, sepertinya
tidak asing orang ini. Kutekan tombol zoom, dugaanku tidak meleset.
Kenapa orang itu ada disini? Jangan bilang dia sengaja mengikutiku, oh please
Bunga jangan ge-er.
“Ih, kenapa sih manusia yang paling nggak penting itu ada
disini?” gerutuku.
“Memangnya siapa yang tidak penting?”.
Tiba-tiba seorang lelaki duduk di sampingku, ingin
kuberanjak dari tempat duduk tetapi egoku menahan. Jika aku pergi, dia akan
merasa menang.
“Kok nggak dijawab? Beneran nggak penting?”.
Aku kembali diam, pura-pura tidak mendengar.
“Woy, ada orang loh disini! Masak dicuekin?” serunya sambil
melambaikan tangan di depan wajahku.
"Kamu tahu dari mana aku disini? Setahuku tidak ada yang tahu," tanyaku
Bodoh, seharusnya pertanyaan tadi tidak keluar dari mulutku. Akan tetapi aku benar-benar ingin tahu.
"Hahaha gimana nggak tahu, kamu kan update di Path kalau lagi di Karimun Jawa".
“Maaf saya sedang liburan dan orang yang tidak
berkepentingan dilarang menggangu”.
“Tetapi aku punya urusan penting sama kamu”.
“Dan saya tidak merasa punya urusan dengan anda, saya
permisi dulu”.
Aku pun beranjak meninggalkannya, dia terus membuntutiku.
Sepertinya aku harus tegas, kalau tidak dia tahu dimana tempat aku menginap.
“Saya rasa anda berhenti mengikuti saya”.
“Aku cuma minta waktu sebentar saja”.
“Kan sudah saya bilang, saya tidak punya urusan dengan
anda”.
“Tetapi aku merasa punya urusan, ya sudah nanti malam aku
jemput kamu”.
Silahkan saja, pasti kamu tidak tahu dimana aku tinggal, batinku.
***
Perutku daritadi berteriak minta diisi, aku tidak berani
keluar karena pasti pria itu menungguku. Ah, lagipula dia tidak tahu dimana aku
tinggal, dan aku sudah bertekad untuk pergi ke rumah makan yang sudah aku
idam-idamkan sejak kemarin. Aku memakai topi dan rambutku yang panjang
dimasukkan ke dalamnya, lalu memakai kacamata hitam. Berhasil, tidak ada
tanda-tanda manusia pengacau itu datang. Aku pun melenggang dengan bebas sambil
bersiul bahagia. Kamu hebat Bunga, dengan seperti pasti tidak ada yang mengenalimu.
“Hai, cewek bertopi!”
Ah, sial! Aku berfirasat buruk saat mendengar suara tadi.
“Kamu mau nyamar kayak gimana pun aku masih mengenalimu.
Lagian kamu aneh malam-malam pakai kacamata hitam, nggak takut kesandung batu?”
ujarnya sambil tertawa mengejek.
Kubuka kacamata bodoh ini, lalu menatapnya tajam.
“Iya maaf, maaf, ayo kita mau makan dimana?”
“Gilang, aku mohon tinggalin aku sendirian,” ujarku dengan
tegas.
“Aku akan tinggalin kamu setelah urusan kita selesai, aku
hanya minta 15 menit untuk bicara, Bunga”.
“Oke, kita bicara disini saja”.
“Aku nggak bisa ngebiarin kamu kelaparan, pasti kamu menahan
lapar gara-gara takut ketemu aku kan? Kita makan lalu cari kafe untuk bicara,
oke?”
Akhirnya aku menyetujuinya. Ah, Gilang ternyata kamu belum
berubah. Kamu selalu tahu cara menghadapi sifat keras kepalaku. Aku lupa satu
hal bahwa kamu satu-satunya orang yang tidak bisa kubohongi.
“Kan enak ngobrol kalau sudah kenyang,” ujarnya setibanya di
kafe tak jauh dari restaurant tadi.
“Langsung aja ke inti pembicaraan, urusan penting apa yang
ingin anda sampaikan?”
“Hahaha ternyata aku salah punya musuh si Ratu Es, tetapi
tenang saja aku tetap suka karena semakin dingin semakin menantang”.
Aku menatapnya dengan tajam, lalu ia berhenti
menertawakanku.
“Oke, oke, kali ini aku serius. Aku hanya ingin minta maaf
kepadamu,” ujarnya tulus.
“Minta maaf untuk apa?” tanyaku dingin.
“Karena telah menyia-nyiakanmu tiga bulan yang lalu, aku
benar-benar minta maaf”.
“Kamu nggak salah, itu hak kamu untuk sibuk dengan pekerjaan,
dan hey itu hidup kamu, aku ini siapa sok mengatur hidup orang lain”.
“Ini salah aku Bunga, tidak seharusnya aku mengedepankan
pekerjaan daripada kamu. Ingat, kamu itu masa depanku, bukan orang lain”.
“Ya mungkin aku yang egois minta dinomor satukan. Sebenarnya
itu pilihan kamu, aku tidak punya hak memaksamu untuk memilih pernikahan
daripada pekerjaan. Meraih prestasi yang hebat dalam karir di usia muda pasti
sangat menggiurkan, bukan salahmu jika kamu lebih memilih karir ketimbang aku”.
“Tetapi aku yang keterlaluan, kamu membatalkan beasiswa ke
luar negri yang susah payah diraih hanya demi menepati janji kita berdua”.
“Mungkin itu bukan rejeki aku, buktinya sekarang diganti
dengan pekerjaan idamanku. Dengar ya Gilang, apa pun yang terjadi di masa lalu
tidak usah dibicarakan lagi. Iya aku maafkan, dan sekarang kita jalani hidup
masing-masing,” ujarku dan ketika ingin beranjak pergi, ia menahanku.
“Aku ingin kita membuka lembaran baru. Aku ingin memenuhi
janji kita berdua, aku mohon”.
Aku terdiam, sebenarnya aku sangat merindukanmu, tetapi
malah sebaliknya yang keluar dari mulut ini.
“Lebih baik kamu cari perempuan yang lebih baik, pasti
banyak yang mau. Siapa sih yang menolak menikah dengan pria tampan dan mapan.
Aku tidak mau menjanjikan orang tuaku lagi, tidak mau memberi harapan palsu”.
“Sekali lagi aku minta maaf telah menyia-nyiakanmu, aku juga
akan meminta maaf ke orang tuamu nanti. Seharusnya tiga bulan yang lalu aku
datang melamarmu, maafkan keegoisanku, Bunga”.
“Kamu seharusnya tahu, tidak mungkin orang tua anak
perempuan menanyai seorang lelaki, kapan kamu melamar anakku? Itu harus
inisiatif dari kamu, Gilang. Sudah malam, aku harus kembali ke penginapan,
sampai jumpa,” ujarku. Akan tetapi lagi-lagi ia menghalangiku.
“Kamu belum menjawab pertanyaanku, aku tidak yakin kalau
kamu sudah tidak cinta denganku”.
“Jangan pede, kamu tidak tahu apa-apa, jadi jangan sok
tahu”.
“Kamu tidak usah menutupi, terlihat jelas di matamu bahwa
kamu masih mencintaiku”.
Kamu benar Gilang, ya aku memang tidak akan pernah bisa
berbohong kepadamu. Aku tidak menghiraukannya, lalu pergi ke kasir untuk
membayar dan meninggalkannya.
“Aku akan meminta jawabannya besok pagi, seberapa lama pun
akan kutunggu jawabanmu,” serunya ketika aku meninggalkannya.
Aku pun tersenyum lebar dan tertawa. Entah sehebat apa
seorang Gilang Prasetya bisa menghancurkan batu es dalam hitungan menit. Ah,
Gilang, kamu tidak perlu menunggu pagi untuk menunggu jawaban. Sebelum
meninggalkan kafe, aku menitipkan secarik kertas kepada pelayan untuk diberikan
kepadanya. Secarik kertas bertuliskan, “Iya”. Tentu kalian heran kenapa aku
berubah pikiran hanya dalam hitungan menit. Aku tidak berminat untuk menuliskan
cerita cinta tak sampai, kandas karena hanya mengedepankan ego. Aku belajar
bahwa kita harus jujur dengan perasaan.
Aku pun berlari menuju resort karena pasti Gilang mengejarku
dan membalas apa yang sudah kuperbuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar